Jumat, 07 Oktober 2011

konsep kebidanan


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “BIDAN SEBAGAI PENELITI”.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang “BIDAN SEBAGAI PENELITI”.
 Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
         Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
Makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Palangka Raya, 06 OKTOBER  2011





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................  1
DAFTAR ISI ................................................................................................................  2

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..............................................................................................  3
B. TUJUAN ..................................................................................................................  3
C. RUANG LINGKUP PENULISAN ..........................................................................  4

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN .......................................................................................................  5-6
B. PERAN DAN FUNGSI BIDAN SEBAGAI PENELITI ...........................................  6-10

BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................................  11
B. SARAN ...................................................................................................................  11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................  12







BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
        Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.
       Sebagai seorang bidan janganlah memilih-milih klien miskin atau kaya karena tugas seorang bidan adalah membantu ibu, bukan mengejar materi. Pasien wajib memberikan hak kepada ibu bidan yang telah menolong persalinan ibu melahirkan.
        Di makalah ini kami akan membahas tentang peran dan dan fungsi bidan yang mana dalam pelaksanaan profesinya, bidan memiliki banyak tugas serta peran-perannya.
B. Tujuan
        Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan kepada mahasiswa kebidanan yang nantinya harus dimengerti dan dilakukan sebagai peran dan fungsi bidan. Kita berharap sebagai seorang bidan patuhilah tugas-tugas sebagai peran bidan.


C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam makalah ini dibahas tentang “BIDAN SEBAGAI PENELITI” yakni yang mencakup tentang :
1.      Pengertian bidan menurut beberapa pendapat
2.      Peran dan fungsi bidan menurut beberapa profesinya khususnya sebagai peneliti













BAB II 
PEMBAHASAN
PERAN DAN FUNGSI BIDAN
SEBAGAI PENELITI

A.        PENGERTIAN

ΓΏ Menurut Kepmenkes No.900/MENKES/SK/VII/2002
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
ΓΏ Menurut IBI :
Bidan adalah seorang wanita yg telah mengikuti dan meyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku,dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik.
Bidan merupakan suatu profesi dinamis yang harus mengikuti perkembangan era ini, oleh karena itu bidan harus berpartisipasi mengembangkan diri mengikuti permainan global. Partisipasi ini dalam bentuk peran aktif bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, pendidikan dan organisasi profesi.
Peningkatan kualitas ini tidak luput dan tetap mengacu pada peran, fungsi dan tanggung jawab bidan. Oleh karena itu dalam pendidikan DIII Kebidanan yang nantinya akan mencetak calon bidan, diperlukan materi kuliah yang berkaitan dengan peran dan fungsi bidan.
Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan KB.

B. PERAN DAN FUNGSI BIDAN SEBAGAI PENELITI

Peneliti/Investigator
Yang dimaksud peneliti disini adalah asisten peneliti yang membantu kegiatan penelitian dalam lingkup asuhan dan pelayanan kebidanan.
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok :
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
Di dalam langkah ini bidan sebagai tenaga kerja profesional tidak dibenarkan untuk menduga duga masalah yang terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri. Dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau klien.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses intrepetasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.
c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanay meliputi apa apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antispasi terhadap pasien/ klien apa yang terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah merujuk klien, bila ada masalah masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi kultural atau maslaah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap klien tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien/pasien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dlaam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarka pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien/pasien.
d. Mengolah dan menginterprestasikan data hasil investigasi.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah terhadap interpretasi atas data dat yang telah dikumpulkan.
Data dasra yang telah dikumpulkan diiterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan maslah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Diagnosa kebidanan dalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenkultur diagnosa kebidanan.
Standar nomenkultur diagnosa kebidanan :
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
g. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan angka-angka kematian ibu, angka kematian bayi meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat baik dalam hal memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga kebidanan diruang lingkup kesehatan dan KB, serta memberikan bimbingan para mahasiswa bidan, dukun, kader desa didalam bidang pelayanan kebidanan.
B. Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.






Description: http://i578.photobucket.com/albums/ss225/thehukum/flowerwelcome_md_clr.gif
05:26 Diposkan oleh Febri
1. Definisi
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

3. Prosedur

A. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut

B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %

C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan

D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent

E. Penatalaksanaan

1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim

2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik

3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya

4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita

5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine

6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.

7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit

8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.

Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.


Description: http://www.healthline.com/images/staywell/7577.jpgDescription: http://www.healthline.com/images/staywell/7578.jpgDescription: http://www.healthline.com/images/staywell/7579.jpg

Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

Description: http://www.healthline.com/images/staywell/7580.jpg
Description: http://www.healthline.com/images/staywell/7582.jpgDescription: http://www.healthline.com/images/staywell/7581.jpg
Description: http://dingo.care2.com/pictures/c2c/share/25/259/909/2590917_370.jpg
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu

10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai

11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih

13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang


INTRODUCTION TO MIDWIFERY
The simplest definition of midwifery is “with woman”, but truly, midwifery means different things to different people. For many, the midwifery model is an attitude about woman and how pregnancy and birth occur, and view that pregnancy and birth are normal events until proven otherwise. It is an attitude of giving and sharing information, of empowerment, and of respecting the right of a woman and her family to determine their own care.
The attitude of midwifery, or the midwifery model can be contrasted with the medical model. In general, Medical Model is an attitude that there is potential pathology in any given situation, and that medicine can assist to improve the situation. Medicine is also about teaching, informing, and prevention, but the power seems to be more with the provider rather than with the woman.
Historically, midwifes have always been around to help woman give birth. Before physicians, midwifes were the primary healers in their communities. They were the medicine women of their own cultures, and assisted families and woman throughout their lives. In the old testament they were described as examples of the strength and faith in God.
Midwifes were once the nutritionists, herbalists, doctors, ministers, counselors, all rolled in to one ‘profession. Many feel they were the first holistic practitioners. Midwifes were always available to help the poor, the woman without medical care or the woman who  were the outcasts of their culture. Today, midwives take care of anyone who wishes to see them, but practice within the constraints of their medical and legal systems.
Today midwives are as diverse as the populations they serve. Midwives are willing to take care of anyone who wishes to see them. Over 70% of birth in the world are attended by midwives. In the Netherlands, midwives deliver a majority of the babies. Other countries do not utilize midwives to their fullest potential. Each country worldwide has a slightly different view of midwifery, and of how midwives work within their communities. In sci.med.midwifery, midwives will speak from these various perspectives and cultures. Midwives are encouraged to share their statistics and work situations within this newsgroup.
The World Health Organization (WHO) presents us with the following definition of the midwife:
A midwife is a person who having been regularly admitted to a midwifery educational program, duly recognized in the country in which it is located, has successfully completed the pescribed course of studies in midwifery and has acquired the requisite qualifications to be registered and/or legally licensed to practice midwifery.
(WHO, FIGO, ICM statement)
Midwives teach, educate and empower woman to take control of their own health care. In most communities, they provide prenatal care, or supervision of the pregnancy, and then assist the mother to give birth. They manage the birth, and guard the woman and her newborn in the postpartum period.
Most midwives encourage and monitor women throughout their labor with techniques to improve the labor and birth. Reassurance, positive imaging and suggestions to change position and walk helps labors progress. Many midwives provide family planning services and routine women’s health examinations such as pap smears and physical examinations.
They teach women about sexually transmitted infections, and focus on prevention of the spread of infections. What specifically midwifes do will depend on: her training, her licensure, and what is allowed in the state, province, or country in which she practices.
For example, in the united states some midwives can prescribe medications, provide women’s health care throughout the menopause years. Midwives worldwide births in the home, hospital or birthing center, depending upon their education and licensure, and the rules governing their practices.
Midwives believe it is especially important to provide time for questions, teaching, and time to listen to the concerns and needs of the women they care for. The WHO definition of the midwife gives us the following guidelines about what midwives do:
She must be able to give the necessary supervision, care, and advice to women during pregnancy, labour and the postpartum period, to conduct deliveries on her own responsibility and to care for the newborn and the infant. This care includes preventative measures, the detection of abnormal conditions in mother and child, the procurement of medical assistance and the execution of emergency measures in the absence of medical help. She has an important task in health counseling and education, not only for the woman, but also within the family and the community. The work should involve antenatal education and preparation for parenthood and extends to certain areas of gynecology, family planning and child care. She may practice in the hospitals, clinics, health units, domiciliary conditions of in any other services. (WHO,FIGO, ICM Statement).
Answer the questions!
1. What is midwife?
2. What do midwives do?
3. What is midwifery according to the text?
4. What is midwife according to your opinion?
The questions for discussion.
1. What is difference between midwife and obstetrician, explain briefly!
2. Why do you want to be midwife?
3. Is midwifery care safe?
Find the meaning of these words!
- attitude
- care
- birth
- pathology
- prenatal care
- prescribe